Warung Blogger />

Jumat, 18 Januari 2013

OSTEOPOROSIS Bag. 2: Implikasi Kebutuhan Gizi


                 Pada artikel sebelumnya telah dibahas mengenai definisi dan sekilas penjelasan tentang osteoporosis atau yang sering kita kenal sebagai penyakit tulang keropos. Kali ini akan dibahas mengenai bagaimana peranan zat-zat gizi khususnya mineral dalam proses terjadinya osteoporosis.      
Mineral akan hilang pada masa tua dan relatif meningkat khususnya pada kaum wanita pasca menopause. Oleh karena itu manajemen diet merupakan faktor yang sangat berperan dalam memelihara kesehatan tulang sejak dini sehingga akan mengurangi kerusakkan tulang saat masa tuanya. beberapa zat gizi memang mempunyai peranan penting dan berimplikasi secara langsung maupun tidak langsung pada terjadinya terjadinya osteoporosis. Zat-zat gizi tersebut diantaranya:



     1.    Kalsium
Tubuh manusia dewasa muda mengandung sekitar 1100 g (27,5 mol) kalsium. 99 % kalsium berada di kerangka tubuh.
Kebutuhan normal kalsium menurut RDA yaitu sebesar 800 mg/ hari. Minimal dibutuhkan 2 – 3 gelas air susu setiap hari untuk memenuhi kebutuhan kalsium optimum untuk anak sedang tumbuh atau remaja. Dari tiap negara RDA berbeda-beda karena ada proses adaptasi tubuh yang berbeda terhadap konsumsi kalsium yang tinggi ataupun yang rendah. Dan kebutuhannya akan meningkat pada pasca menopause yaitu sebesar 1200 – 1500 mg/ hari. Oleh karena itu kebutuhan secara resmi berkisar antara 400 - 1000 mg/ hari di seluruh dunia. Dengan demikian perlu diketahui bahwa kebutuhan kalsium tidak menurun bersama umur, dan sebenarnya kebutuhan akan meningkat seirng meningkatnya umur (National Institute of Arthritis, Diabetes and Digestive and Kidney Disease, 1983).
Saat asupan kalsium menurun massa tulang pun akan ikut menurun, hal ini akan merangsang terlepasnya hormon parathyroid.

     2.    Fosfor dan Protein
Fosfor total tubuh adalah sebesar 500 – 800 gr (16,1 – 25,8 mol), 85 – 90 % berada dalam rangka.
Kadar fosfor yang tidak seimbang dalam tubuh akan membahayakan untuk tulang, jika kadarnya terlalu tinggi, fosfor akan mengikat kalsium dan membawanya keluar dari tulang.
Fosforilasi dan defosforilasi protein berperan dalam pengendalian fungsi sel. Kebutuhan protein rata-rata  pada wanita yaitu 40 gr/ hari dan 50 gr/ hari pada laki-laki, dan ini penting untuk pertumbuhan tulang. Tetapi asupan protein ini perlu dikendalikan/ dibatasi jangan sampai berlebihan, karena dalam makanan sumber protein tinggi banyak mengandung fosfat dan sulfat yang akan menjadikan darah dan urin menjadi asam. Saat itu tubuh akan mengimbangi dengan melakukan pelepasan kalsium dari tulang yang akan mengacu pada terjadinya pengeroposan tulang. Sehingga perlu diimbangi antara asupan protein dan asupan kalsium, selain itu juga asupan protein nabati lebih diutamakan contohnya seperti dari biji-bijian, kacang-kacangan dan sayur-sayuran.
Menurut RDA, demineralisasi tulang akan terjadi oleh diet yang sangat tinggi mengandung fosfor ralatif terhadap kalsium ahkan walaupun mungkin cukup kalsium. Pada kebanyakan orang konsumsi kalsium sangat kurang yaitu sekitar 12%  – 60% saja dari kebutuhan. Akibatnya, kadar kalsium serum akan lebih rendah da konsentrasi fofat serum jauh lebih tinggi. Sehingga populasi tersebut mempunyai insiden osteoporosis yang tinggi pada wanita maupun pria.
Idealnya konsumsi kalsium dianjurkan dalam kisaran yang sama dengan konsumsi fosfor, walaupun rasio P : Ca = 1,5 : 1 mungkin dapat diterima.
Minuman berkarbonat dan komponen makanan olahan dapat dengan mudah menambah 1000 mg fosfor dalam diet. Oleh karena itu penggunaan bahan makanan tinggi fosfor dalam diet perlu diperhatikan secara serius supaya keseimbangan kadar kalsium dan fosfor tetap terjaga.

     3.    Vitamin-vitamin penting
    • Vitamin D, dalam bentuk aktif akan meningkatkan penyerapan kalsium dari usus dan akan merangsang ginjal menyerap kembali kalsium dari urine.
    • Vitamin K, sebagai pembentuk Osteocalcin.
    •  Asam folat, untuk membantu pertumbuhan tulang.
    • Vitamin B6, membantu menurunkan kadar homosistein dalam tubuh.
    • Vitamin C, berperan dalam pembentukan struktur protein dasar dari tulang.
    • Vitamin A, mempunyai fungsi antagonis yaitu akan menghambat pembentukan tulang baru sehingga akan meningkatkan resiko fraktur pada usia lanjut.


Daftar Pustaka
Lane, Nancy E. Lebih Lengkap Tentang : Osteoporosis Edisi 1. Jakarta: PT. Raya Grafindo Persada, 2003.
Barnett, Helen. Menjinakkan Usia. Klaten: Image Press, 2008.
Tandra, Hans. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Osteoporosis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009.
Roesma, Sonja. Pencegahan Dini Osteoporosis. Jakarta: Perwatusi, 2006.
Baziad, Ali. Menopause Dan Andropausi Edisi 1. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2003.
Linder, Maria C. Biokimia Nutrisi Dan Metabolisme. Jakarta: UI PRESS, 2006.
Ganong, William F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20. jakarta: EGC, 2002.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar